Surah 31 Lukman, Ayat 1-34

Tafsir
  1. Alif Laam Miim
  2. Inilah ayat-ayat Al Quraan yang mengandung hikmat,      
  3. menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan,      
  4. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat.      
  5. Mereka itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.      
  6. Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.      
  7. Dan apabila dibacakan kepadanya [1180] ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan- akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih.      
  8. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, bagi mereka syurga-syurga yang penuh keni'matan,      
  9. Kekal mereka di dalamnya; sebagai janji Allah yang benar. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.      
  10. Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.    
  11. Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah. Sebenarnya orang- orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata.
  12. Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
  13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
  14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun [1181]. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
  15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
  16. (Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus [1182] lagi Maha Mengetahui.
  17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
  18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
  19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan [1183] dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
  20. Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu ni'mat-Nya zahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.
  21. Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". Mereka menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?
  22. Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.
  23. Dan barangsiapa kafir maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu. Hanya kepada Kami-lah mereka kembali, lalu Kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati.
  24. Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras.
  25. Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah : "Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
  26. Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi. Sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
  27. Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah [1184]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
  28. Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja [1185]. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
  29. Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
  30. Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah yang hak [1186] dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil; dan sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.
  31. Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan ni'mat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.
  32. Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus [1187]. Dan tidak ada yang mengingkari ayat- ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.
  33. Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.
  34. Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok [1188]. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
         
      


NLH

Siapa Imam At-Tirmizi

Nama sebenarnya ialah Muhammad bin 'Isa bin Saurah bin Musa bin Dhahhaak as-Sulami at Tirmizi al-Bughi (orang Bugh). Termiz adalah sebuah Bandar di tenggara Uzbekistan, bersepadanan dengan Negara Afghanistan.

Terdapat 3 orang ulama yang terkenal dengan nama Imam At-Tirmizi iaitu Abu 'Isa at-Tirmizi pengarang Jaami' at -Tirmizi, Abu al-Hassan Ahmad bin Hassan yang terkenal dengan gelaran at-Tirmizi al-Kabir (beliau adalah murid kepada imam Ahmad) dan Hakim at-Tirmizi pengarang kitab Nawaadiru al-Ushul. Tetapi kitabnya termasuk didalam senarai kitab hadis yang dhaif kerana kebanyakkan hadis-hadis didalam kitabnya dhaif. Kitab Nawaadiru al-Ushul ini tidak dianggap muktabar oleh para ulama hadis.

Tempat Kelahiran dan Kewafatan

Imam Tirmizi dilahirkan pada tahun 205H di Bugh, Termiz sebuah Bandar yang masyhur. Menurut As-Sam'aani disini jugalah tempat dimana Imam At-Tirmizi meniggal dunia dan disemadikan. Dari beberapa pendapat yang masyhur beliau wafat pada tahun 279H ketika berumur 74 tahun. Iaitu pada 13 rejab 279H iaitu pada malam isnin.

Guru-guru Imam At-Tirmizi
  • Imam Bukhari
  • Imam Muslim
  • Ali bin Hujr al-Marwazi
  • Hannaad bin as-Sariyy
  • Qutaibah bin Said
  • Muhammad bin Basyaar (Ghundar)
Kelebihan Imam Tirmizi ialah daya ingatannya yang kuat. Seperti kata Abu Sa'id al-Idrisi "Ingatan Imam Tirmizi yang luar biasa itu telah dijadikan orang sebagai perumpamaan".

Zuhud dan Warak

Kezuhudan dan kewarakkan Imam Tirmizi pula kata Syah Abdul Aziz didalam kitabnya Bustanul Muhadditsin bahawa ketaqwaan dan kezuhudan Imam Tirmizi telah sampai ke suatu peringkat yang tidak dapat kita bayangkan. Kerana takutkan Allah SWT beliau selalu menangis hingga menyebabkan matanya menjadi buta.

Kitab Jaami' atau Sunan At-Tirmizi

Kitab ini terlah melonjakkan Imam Tirmizi ke puncak kemasyhuran. Kita hadis susunan beliau ini juga dikenali dengan beberapa nama seperti:

  1. Jaami' at-Tirmizi
  2. Sunan at-Tirmizi
  3. Al-Jaami' al-kabir
  4. Al-Jaami' As-Sahih
  5. Sahih at-Tirmizi
Kitab ini mempunyai kelebihan, keunikkan dan keistimewaannya yang tersendiri. Antara kelebihan kitab ini ialah didalam bidang hadis dan fiqh. Selain itu ia juga memuatkan mazhab-mazhab salaf dan khalaf. Bagi seorang tokoh yang terkenal, Syeikh Ibrahim al-Baijuri kitab ini sahaja pun sudah memadai dan mencukupi untuk seorang mujtahid dan seorang muqallid (yang hendak bertaqlid). Jaami' Tirmizi menyajikan kepada para penuntut dan pengkaji fiqh pendapat-pendapat mazhab yang pelbagai.


NLH

Kisah Isra' Mi'raj Dari Rumah Ummu Hani'


Kisah Isra' Mi'raj' yang berlaku kepada Rasulullah s.a.w. bermula dari rumah Ummu Hani ' adalah begitu popular di kalangan masyarakat dan diutarakan dalam pelbagai bentuk yang menarik terutamanya pada musim Isra' Mi'raj'.
 
Kisah ini diterima bulat-bulat tanpa dipersoalkan dan diperiksa kecacatannya oleh kerana ia telah dimasukkan ke dalam sukatan-sukatan mata pelajaran Agama Islam termasuklah sukatan yang disediakan oleh Universiti al-Azhar- Sila rujuk buku sukatan pelajaran Muthala'ah yang diterbitkan oleh Universiti al-Azhar untuk peringkat menengahnya.

Kita berasa sedih dengan nasib ummah yang malang ini. Setelah merosot dalam segala-galanya dan berada dalam keadaan tenat, umat Islam disuapkan pula dengan ubat-ubat beracun berupa cerita -cerita yang karut marut seperti ini. Apa agaknya yang akan terjadi kepada ummah ini jika keadaan ini dibiarkan terus merebak.

Walaupun al-Quran secara lantang mengatakan, “Maha Suci Tuhan yang telah menperjalankan hambaNya pada waktu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa"- (Surah al-Isra' ayat 11); walaupun Sahih Bukhari, Sahih Muslim dan lain-lain kitab hadis yang muktabar dengan terang-terang menyebutkan riwayat dari Anas bin Malik dan Malik bin Sa'sa'ah bahawa Nabi s.a.w. bersabda, “Ketika saya berada di Baitullah, ketika saya berada dalam hatim (yakni di Masjidil Haram)", namun sebahagian besar ulama' masih lagi dengan lantang berkhutbah di atas mimbar dengan mengemukakan riwayat mi'raj Nabi s.a.w. bermula dari rumah Ummu Hani '!

Mereka adalah golongan yang membaca al-Quran dan hadis, tetapi masih tidak mahu meninggalkan riwayat tersebut. Sebaliknya mereka cuba mengemukakan bermacam-macam ta'wilan dengan mengatakan umpamanya, rumah Ummu Hani' itu terletak dalam hatim! Padahal telah diketahui umum bahawa tiada rumah sesiapapun dalam hatim itu! Ada juga yang mengatakan bahawa ketika Baginda s.a.w. beristirehat di rumah Ummu Hani', tiba-tiba datang dua orang malaikat, mereka menebuk bumbung rumah Ummu Hani' lalu mengangkat Baginda s.a.w. ke Ka'bah.

Ta'wilan-ta'wilan seumpamanya ini terpaksa dilakukan oleh mereka untuk mengkompromikan keterangan al-Quran dan hadis yang jelas dengan riwayat "Imam al-Maghazi" Muhammad bin Ishaq.

Begitu mendalamnya kesan dan pengaruh Ibnu Ishaq itu dalam fikiran umat Islam dan ia melekat dengan begitu kuat sekali sehingga tidak boleh ditanggalkan lagi !

Sebenarnya, cerita yang mengatakan dua malaikat menebuk bumbung rumah Ummu Hani' untuk membawa keluar Rasulullah s.a.w. ke Baitullah atau ke Masjidil Haram itu lebih cocok dikaitkan dengan inovasi kumpulan penculik dari mengaitkannya dengan sabda Nabi s.a.w.! Akan ada pula nanti orang yang bersangka baik terhadap pengendap-pengendap atau penyamun-penyamun yang mengintai-intai mereka dari atas bumbung rumah.....manalah tahu jangan-jangan mereka juga malaikat seperti yang tersebut dalam riwayat ini !!!.

Kisah ini bukan sahaja telah dikemukakan oleh Ibnu Ishaq, malah ia juga telah dikemukakan oleh al-Kalbi- seorang pendusta besar dan Syi'ah pekat seperti Ibnu Ishaq dan ramai lagi orang-orang yang seperti mereka.

Riwayat yang dikemukakan oleh Ibnu Ishaq adalah sebagaimana berikut: Di antara kisah yang sampai kepada saya dari Ummu Hani' binti Abi Thalib berhubung Isra' Rasulullah s.a.w ialah beliau (Ummu Hani') menceritakan, “Rasulullah s.a.w. tidak diIsra'kan melainkan ketika Baginda s.a.w berada di rumahku. Baginda s.a.w tidur di samping ku pada malam itu di rumah ku. Mula-mula Baginda s.a.w bersembahyang Isya' kemudian tidur. Kami pun turut tidur. Sebelum fajar Rasulullah telahpun mengejutkan kami lalu bersembahyang Subuh. Kami bersembahyang bersamanya."

Setelah itu Rasulullah bersabda, “Wahai Ummu Hani'! Malam tadi saya telah bersembahyang bersama kamu seperti yang kamu tahu di wadi ini. Selepas itu saya pergi ke Baitul Maqdis dan bersembahyang di sana dan sekarang saya bersembahyang Subuh bersama kamu seperti yang kamu saksikan."

"Setelah itu Rasulullah s.a.w bangkit untuk keluar. Aku memegang hujung selimut Baginda s.a.w, maka tersingkap perut Nabi s.a.w bagaikan kain qibti yang berlipat lalu aku pun berkata kepada Baginda s.a.w, “Wahai Nabiyallah! Janganlah engkau ceritakan perkara ini kepada orang ramai, nanti mereka akan mendustakan engkau dan menyakitimu". Baginda s.a.w berkata, “Demi Allah! Aku tetap akan menceritakan kepada mereka". Ummu Hani’ berkata, "Akupun memerintahkan seorang sahaya perempuanku berketurunan Habsyi, “Eh! Ikutlah Rasulullah s.a.w. supaya engkau dapat mendengar apa yang disampaikannya kepada orang ramai dan apa pula reaksi mereka terhadap keterangan Baginda itu."

Sebelum itu Ibnu Ishaq telah pun mengemukakan peristiwa Isra' Mi'raj yang dinukilnya dari Hasan Basri di mana diceritakan, “Setelah pagi sekembalinya Rasulullah s.a.w dari Isra' Mi'raj, Baginda s.a.w menceritakan kepada orang-orang Quraisy peristiwa perjalanannya. Berkatalah kebanyakan orang, “Demi Allah! Pelik betul cerita ini. Jarak yang direntasi oleh unta sebulan perjalanan dari Mekah ke Syam dan sebulan pula perjalanan balik dari sana ke Mekah mungkinkah boleh direntasi oleh Muhammad dalam hanya satu malam dan sudah pun ia sampai ke Mekah? " Maka ramailah orang-orang yang telah memeluk Islam menjadi murtad. Orang ramai terus pergi kepada Abu Bakar untuk bertanya beliau.." - (Ibid jilid 2 m.s. 32,33 & 34)

Ibnu Ishaq, Ibnu Sa'ad dan al-Kalbi langsung tidak mengemukakan isnad mereka dalam menyampaikan kisah ini. Tetapi Ibnu Jarir, at-Thabari, Baihaqi, Ibnu Abi Hatim, Abu Ya'la dan Ibnu Asakir telah mengemukakan isnad bagi kisah ini. Perawi-perawi yang tersebut dalam isnad mereka ialah Abu Ja'far -ar Razi, Abu Harun al-Abdi dan Khalid bin Yazid atau Abu Malik. Marilah kita berkenalan sebentar dengan perawi-perawi tersebut :-

1) Abu Ja'far ar-Razi

Namanya Isa bin Abi Isa. Lahir di Basrah dan menetap di Ray. Di antara orang yang meriwayatkan daripada beliau ialah anak beliau sendiri Abdullah dan Abu Nu'aim. Meskipun Yahya bin Ma'in dan Abu Hatim mengatakan beliau seorang tsiqah namun Ali Ibnu Madini mengatakan beliau seringkali melakukan kesilapan. Riwayat-riwayatnya bercelaru. Fallas berkata, “Ingatannya sangat teruk." Ibnu Hibban berkata, “Dia seringkali mengemukakan riwayat-riwayat yang mungkar dengan menghubungkan kepada Imam-Imam yang masyhur." Abu Zur'ah berkata, “Selalu dia mengalami kecelaruan fikiran (waham)." Imam Zahabi pula berkata, “Dia telah mengemukakan peristiwa Mi'raj dalam satu riwayat yang panjang melalui Rabi' bin Anas. Diambilnya dari Abu al-'Aaliah dan Abu al-' Aaliah pula mengambilnya dari Abu Hurairah. Di dalam riwayatnya itu banyak sekali perkara-perkara mungkar ".- (Mizan al-I'tidal jilid 3 m.s. 320)

Imam Zahabi telah menghukum mungkar riwayat ini kerana terdapat dalam sanadnya Abu Ja'far ar-Razi, kerana kecacatan pada buruknya ingatannya dan beliau selalu mengaitkan cerita karut dengan Imam-Imam yang masyhur. Bagaimana dengan dua orang lagi perawi dalam isnad tersebut? Selepas Abu Ja'far ar-Razi mari kita lihat perawi seterusnya.

2) Khalid bin Yazid

Abu Malik ad-Dimasyqi - Dia adalah penduduk Damsyik. Yahya bin Ma'in berkata, “Dia adalah seorang manusia yang lemah". Imam Ahmad berkata, “Dia tiada bernilai langsung." Nasa'i berkata, “Dia tidak tsiqah". Daraquthni berkata berkata, “Dia seorang da'if". Ibnu Abi al-Hawari menceritakan bahawa, “Saya pernah mendengar Yahya bin Ma'in berkata, “Di Iraq ada sebuah kitab yang perlu dikebumikan iaitu tafsir al-Kalbi (yang kemudiannya terkenal dengan Tafsir Ibnu Abbas). Di Syam pula ada sebuah kitab yang juga perlu dikebumikan iaitu kitab ad-Diyat tulisan Khalid bin Yazid. Hati Khalid ini tidak akan senang selagi tidak berbohong tentang ayahnya dan para sahabat ".

Ahmad bin Abi al-Hawari ini juga berkata, “Dulu saya pernah menyalin kitab Khalid ini tetapi kemudiannya saya memberikannya kepada penjual ubat untuk dijadikan kertas pembungkus ubat-ubatnya." Imam Zahabi berkata, “Dia dilahirkan pada tahun 105H dan mati ketika berumur 80 tahun." - (Lihat Mizan al-I'tidal jilid 1 m.s 654)

Keterangan di atas membuktikan bahawa Khalid bin Yazid adalah seorang yang tidak boleh diterima menurut sekalian ulama' hadis. Imam Yahya bin Ma'in bahkan mengatakan beliau seorang pendusta besar. Dia banyak berbohong tentang para sahabat.

3) Perawi ketiga ialah Abu Harun al-Abdi

Namanya ialah Umarah bin al-Juwain. Riwayat-riwayatnya terdapat dalam Sunan Tirmidzi dan Sunan Ibnu Majah. Imam Zahabi berkata, “Dha'if." Hammaad bin Zaid berkata, “Pembohong." Imam Ahmad berkata, “Tidak bernilai langsung." Yahya bin Ma'in berkata, “Dia seorang dha'if (lemah). Riwayat-riwayatnya tidak boleh dibenarkan." Nasa'i berkata, “Matrukul hadis (seorang yang ditinggalkan dan tidak dipakai hadisnya)." Ibnu Hibban berkata, “Dia selalu mengaitkan riwayat-riwayat dengan Abu Sa'id al-Khudri iaitu riwayat-riwayat yang tidak pernah dikemukakan oleh Abu Sa'id." Imam Syu'bah berkata, “Kalau aku diberi pilihan di antara 2 perkara, sama ada aku dibunuh atau mengemukakan kepada orang ramai riwayat-riwayat Abu Harun, maka aku akan memilih supaya dibunuh, aku tidak akan mengemukakan riwayatnya. Sebelum ini aku selalu bertanyakan halnya dari setiap qafilah yang datang tetapi kemudian dia datang ke Basrah. Padanya ada sebuah kitab. Saya membaca kitab itu. Saya mendapati dia menuliskan keburukan-keburukan Ali di dalamnya."

Iman Daraquthni berkata, "Dia seorang yang sentiasa berubah-ubah. Kadang-kadang menjadi seorang Rafidhi (Syi'ah), kadang-kadang menjadi seorang Khariji (orang Khawarij)."

Ibnu Hibban berkata, “Riwayat-riwayat yang dikaitkannya dengan Abu Sa'id al-Khudri semuanya bohong. Abu Sa'id tidak pernah meriwayatkan begitu." Jauzajani berkata, “Abu Harun adalah seorang pendusta besar. Dia selalu menuduh para sahabat dengan pelbagai tuduhan." Syu'bah berkata lagi, “Pernah aku pergi kepadanya dan meminta supaya menunjukkan kepadaku riwayat-riwayat yang dikaitkan Abu Sa'id dengannya. Dia meletakkan sebuah kitab di hadapanku. Di antara yang tersebut di dalam kitab itu ialah Abu Sa'id al-Khudri berkata bahawa Utsman bin Affan telah benar-benar kufur terhadap Allah s.w.t. sebelum beliau wafat. Saya mengembalikan kitab itu kepadanya dan terus pulang.

Itulah dia Abu Harun al-Abdi yang menulis tentang keburukan-keburukan Sayyidina Ali dan juga keburukan-keburukan Sayyidina Utsman. Jika orang seperti ini mengemukakan riwayat yang menyebut bahawa, " Setelah Nabi S.A.W menceritakan peristiwa Isra' Mi'raj yang dialaminya, maka murtadlah sekian ramai orang-orang yang telah memeluk Islam; barangkali mengikut Abu Harun al-Abdi ini termasuklah juga Sayyidina Ali dan Sayyidina Utsman, kerana bukanlah ramai sangat orang-orang yang telah memeluk agama Islam hingga ke waktu itu.

Yahya bin Ma'in berkata, “Abu Harun mempunyai satu sahifah yang dipanggilnya Sahifah al-Washi (penerima wasiat atau Sahifah Ali). Saleh bin Muhammad pula berkata bahawa, “Abu Harun lebih bohong daripada Firaun. Dia telah meninggal dunia pada tahun 134H." - (Lihat Mizanu al-I'tidal jilid 3 m/s 173-174).

Itulah sekilas pandang tentang perawi-perawi kisah Isra' Nabi S.A.W dari rumah Ummu Hani'. Mereka terdiri dari orang-orang Syi'ah seperti Ibnu Ishaq juga dan telah dihukum oleh ulama' Rijal dengan pelbagai hukuman seperti yang telah dikemukakan tadi.

Sekarang mari pula kita menilai riwayat tersebut dengan neraca dirayah dan logik untuk menentukan di mana letaknya kepalsuan dan serentak dengan itu dapat kita faham apa maksud sebenar di sebalik cereka itu.

1) Isra' dan Mi'raj Nabi s.a.w. berlaku sebelum Nabi berhijrah ke Madinah. Pada waktu itu Ummu Hani' masih belum memeluk agama Islam. Beliau hanya memeluk agama Islam setelah Mekah ditakluk Nabi pada tahun 8 Hijrah.

2) Sembahyang Isya' dan Subuh baru difardhukan pada malam Mi'raj itu. Bagaimana mungkin seperti yang tersebut di dalam riwayat ini di mana Nabi s.a.w telah bersembahyang Isya' bersama Ummu Hani' yang belum Islam di rumahnya?

3) Siapakah yang dimaksudkan oleh Ummu Hani' dengan perkataan ' kami' dalam riwayat ini iaitu……”Kami bersembahyang bersama Nabi"? Kalau yang dimaksudkan ' kami' di sini termasuk suami beliau Hubairah, maka suaminya adalah di antara musuh ketat Rasulullah s.a.w pada ketika itu bahkan setelah Mekah dikuasai Nabi s.a.w pun dia tidak memeluk agama Islam sebaliknya cabut lari ke Najran. Kemudian dari sana dia berangkat pula ke Rom lalu menganut agama Kristian dan mati sebagai seorang Kristian.

4) Tersebut juga dalam sirah bahawa Nabi s.a.w telah melamar Ummu Hani' kepada Abu Thalib sebelum Baginda s.a.w berkahwin dengan Khadijah tetapi Abu Thalib menolak mentah-mentah lamaran itu dengan alasan Nabi s.a.w seorang yang papa kedana dan tidak mulia. Setelah itu Abu Thalib mengahwinkan Ummu Hani' dengan Hubairah yang merupakan musuh ketat Rasulullah s.a.w.

Dalam keadaan sebegini wajarkah Nabi s.a.w bermalam di rumah Ummu Hani'? Sememangnya musuh-musuh Islam mereka cerita ini dengan maksud menuduh Nabi s.a.w dengan 2 tuduhan iaitu :-

1) Jika kita andaikan Hubairah pada malam itu berada di rumah maka ia menunjukkan betapa tidak malunya Nabi s.a.w kerana telah bermalam di rumah seorang yang Nabi sendiri telah dianggap sebagai papa kedana dan tidak mulia berbanding orang itu. Lebih penting dari itu, bagaimana Rasulullah s.a.w boleh bermalam di rumah musuhnya? Tidakkah mungkin Hubairah juga telah mengetahui bahawa Nabis.a.w pernah melamar Ummu Hani' sebelumnya? Tidakkah mungkin timbul rasa cemburu di dalam hati Hubairah, manalah tahu kalau-kalau Nabi s.a.w masih menaruh hati kepada isterinya? Apalagi bila diingatkan Muhamamd adalah musuh ketatnya?

2) Jika diandaikan pada malam itu Hubairah tiada di rumah pula, maka cerita ini akan membuka peluang seluas-luasnya untuk meragui kesucian peribadi Nabi s.a.w., kerana Nabi s.a.w. digambarkan telah tidur bersama seorang perempuan yang pernah dilamarnya dahulu, di rumah perempuan itu pada ketika ketiadaan suaminya. Malah cerita ini menunjukkan betapa intimnya perhubungan Nabi s.a.w dengan Ummu Hani'. Keadaan ini dapat dilihat dengan jelas pada keesokan paginya bila mana Nabi s.a.w bersedia untuk keluar memberitahu orang ramai tentang Isra' Mi'rajnya, bagaimana Ummu Hani memegang hujung selimutnya sehingga terdedah perut Nabi s.a.w yang digambarkan seperti kain qibti yang berlipat.

3) Kisah ini jelas bertentangan dengan al-Quran dan hadis-hadis Nabi s.a.w yang sahih menurut ilmu usul hadis. Salah satu tanda kepalsuan sesuatu hadis itu ialah ia bercanggah dengan al-Quran dan hadis-hadis yang sahih.

4) Tidak masuk akal sama sekali Nabi s.a.w akan meninggalkan rumahnya sepanjang malam untuk bermalam di rumah seorang perempuan asing dalam keadaan di rumah Baginda s.a.w. sendiri masih ada dua orang anak perempuan Baginda iaitu Fatimah dan Ummi Kultsum. Dalam kisah ini tidak diterangkan pula kepada siapakah Nabi s.a.w meninggalkan mereka berdua dan untuk apa Nabi s.a.w bermalam di rumah Ummu Hani '?

5) Tindakan Ummu Hani' memegang hujung selimut Nabi s.a.w pada keesokan paginya menunjukkan dengan jelas bahawa Hubairah tiada di rumah. Kalau Hubairah tiada di rumah maka siapakah lagi yang tidur di rumah Ummu Hani ' pada malam itu dan bersembahyang secara berjamaah? Sesungguhnya kisah ini merupakan satu serangan yang amat dahsyat terhadap kesucian peribadi Nabi s.a.w. Ia tidak mungkin dicipta dan direka kecuali oleh musuh-musuh Nabi s.a.w

6) Dalam riwayat Hasan Basri pula tersebut bahawa setelah Nabi s.a.w mengemukakan peristiwa Isra' dan Mi'raj, maka murtadlah ramai orang yang telah memeluk agama Islam. Tetapi tidak pula dalam riwayat ini disebutkan nama orang-orang yang telah murtad itu. Siapakah mereka? Sedangkan orang-orang yang memeluk agama Islam pada ketika itu tidaklah begitu ramai. Nama-nama mereka pun disebutkan dengan jelas dalam kitab-kitab sirah. Sesungguhnya kisah ini juga merupakan satu serangan ke atas keikhlasan dan keteguhan para iman para sahabat Nabi s.a.w ia hanya rekaan musuh-musuh sahabat semata-mata.

7) Sebenarnya orang-orang yang mereka kisah ini adalah orang-orang Syi'ah seperti yang terbukti pada latar belakang perawi-perawinya yang telah disebutkan sebelum ini. Sesuatu cerita rekaan Syi'ah pasti akan mempunyai unsur melebih-lebihkan Sayyidina Ali dan mengistimewakannya dari sahabat-sahabat Nabi s.a.w yang lain. Bukankah Ummu Hani' ini kakak kepada Sayyidina Ali, anak kepada Abu Thalib? Bagaimana Syi'ah akan melepaskan peluang ini? Mereka tidak menerima sesuatu peristiwa besar yang berlaku kepada Rasulullah s.a.w tanpa adanya peranan Sayyidina Ali atau keluarganya di sebalik peristiwa itu.


NLH

Khutbah Rasulullah SAW

Nuzhatul-Jalis Khutbah Lin-Nabial-Mukarram, dicatatkan tentang khutbah Rasulullah SAW:

"Wahai manusia, demi Allah , hendaklah kamu bersungguh-sungguh dan jangan terlalu suka bermain-main. Hendaklah bersikap jujur dan jangan berdusta. Kematian akan datang secara mengejut. Jangan kamu terpedaya dengan manusia. Kamu sudah melihat orang terdahulu yang mengumpulkan harta benda dan takutkan kemiskinan. Mereka ingin mengelak daripada kematian kerana keinginan mereka terlalu banyak. Kerana itu, mereka meminta agar ajal tidak disegerakan. Tetapi maut tetap datang kepada mereka, sehinga mereka gementar dan ia meragutnya ketika mereka didalam tempat perlindungan.

Aapakah kamu tidak melihat orang yang terlalu tinggi cita-citanya. Mereka membangunkan istana dan mengumpulkan sebanyak-banyak harta. Tetapi rumah-rumah mereka akhirnya menjadi liang kubur kepada mereka dan harta yang mereka kumpulkan menjadi sia-sia. Setelah itu, harta kekayaan mereka menjadi milik waris-waris mereka dan isteri-isteri mereka yang berasal daripada keluarga yang lain. Sudah tentu mereka tidak memberikan sebarang manfaat kepada kamu.

Siapa yang bertaqwa, dia merasa kedatangan ajal terlalu lambat dan dia mendapat manfaat daripada amal kebaikannya. Oleh itu, lakukan perbuatan untuk ke syurga, kerana dunia ini tidak dijadikan sebagai tempat tingal kamu. Tetapi dunia ini hanya perantaraan bagi menuju akhirat."



NLH

Ruang Tamu ala Istana Bali

Rumah ayahanda Nik Omar Bin Nik Daud



Teratak Impian ini dibina pada tahun 2000 terletak di kampung Gelang Mas, Pasir Mas, Kelantan.
Kawasan teratak kami ini berkeluasan 13 ekar. Dibina berkonsepkan ala-ala bali, kayu dan ukiran juga dari Bali.


Ayahanda mendapat idea untuk membina rumah ini kerana dia sangat mengagumi seni budaya Indonesia. Dia juga sering melancong dan melawat Indonesia, ibarat negara keduanya.

Pintu Gerbang yang ditempah khas dari Bali, Indonesia

Pintu masuk ke Balai Rong Seri




Teratak ini dibina setelah rumah kami di kampung Chicha dijual kepada seorang doktor di Hospital Pakar Perdana, Kota Bharu, Kelantan.

Burung Cenderawasih
Gambar ruangtamu teratak kami di Kg. Gelang Mas, Pasir Mas, Kelantan.









Majlis kahwin



NLH


Kenangan yang tidak dapat dilupakan, begitu meriah ketika sambutan Hari Raya Aidilfitri. Begitu ramai sanak saudara datang, dan di Balai Rong Seri inilah kami berkumpul dan bergambar kenang-kenangan.

Fidyah Sembahyang

Fidyah Solat (1)




الحمد الله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين
Pendahuluan
Sesuai dengan salah seorang pengamal mazhab ahlu sunnah wal jamaah, kita meyakini bahawa ijtihad- ijtihad ulama ahlu sunnah wal jamaah adalah berdasarkan kepada dalil-dalil muktabar yakni bukan kerana menurut nafsu, fanatik dan sebagainya. Alasannya ialah ijtihad- ijtihad yang mereka hasilkan telah melalui satu metode penyelidikan yang sangat kemas dan jitu. Ini tidak menafikan bahawa ulama mujtahid tidak melakukan kesilapan dalam berijtihad kerana mereka bukannya ma'sum. Walaubagaimanapun, di sebabkan kesilapan ini, mereka tetap diberi satu pahala sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Rasulullah. Kenyataan ini sangat jelas dan telah dipersetujui oleh semua pihak melainkan orang yang mengingkari hadith sahih.

Adakah semua isi kandungan mazhab-mazhab itu benar?

Terdapat dua pendapat dalam menjawab persoalan di atas. Pendapat pertama menjelaskan bahawa setiap ulama yang berijtihad dalam persoalan fiqh yang ketiadaan dalil Qati'e daripada nas atau ijma' semuanya benar. Ini adalah pendapat Abu Hasan Asyaari, Qadhi Abu Bakar al- Baqilani, Ibn Suraij dan kedua- dua murid Abu Hanifah iatu Abu Yusuf dan Muhammad. Manakala jumhur ulama' berpendapat bahawa mujtahid yang benar satu sahaja dan mujtahid inilah yang akan mendapat dua pahala. Sungguhpun begitu pendapat jumhur, namun hukum syara' yang dihasilkan dengan ijtihad tidak boleh dibatalkan dengan ijtihad kerana kedua- dua ijtihad itu adalah bersamaan sedangkan tidak ada yang memberatkan salah satu daripadanya. Lagi pula, sekiranya ijtihad pertama boleh dibatalkan dengan ijtihad kedua nescaya ijtihad kedua pun boleh dibatalkan dengan ijtihad ketiga(umpamanya) dan begitulah seterusnnya dengan tidak berkesudahan. Jika hal ini berlaku, maka institusi kehakiman tidak akan membawa apa- apa maslahah. Daripada huraian di atas, dapatlah difahami bahawa hukum yang dihasilkan oleh ijtihad boleh dibatalkan dengan nas atau qias jaliyy( yang terang)

Fidayah Sembahyang menurut perspektif ulama' fiqh

Menurut pendapat mu'tamad dalam mazhab Syafie, tidak wajib dan tiada sah mengeluarkan fidayah sembahyang kerana tiada tuntutan dari Syara'. Manakala pendapat da'if dalam mazhab, dituntut mengeluarkan fidyah dengan enam syarat berikut;
  1. Hendaklah dikeluarkan oleh waris si mati
  2. Sesuatu yang dikeluarkan hendaklah bijirin yang memadai dijadikan zakat fitrah ditempat itu.
  3. Fidyah hendaklah diberikan kepada faqir atau miskin yang diharuskan mengambil zakat
  4. Berlafaz ijab dan qabul.
  5. Berlaku perpindahan( Qabadh) fidyah ke pihak yang menerima.
  6. Satu cupak untuk satu waktu.
Menurut pendapat mu'tamad dalam mazhab Hanafi, wajib dikeluarkan fidyah sebanyak satu gantang Baghdad bagi setiap solat yang ditinggalkan oleh mayat sedangkan ia belum diqadhakan semasa hidupnya. Bagi mereka yang bermazhab Syafie diharuskan bertaqlid kepada pandapat tersebut dengan beberapa syarat berikut;
  • Jangan mentalfiqkan mazhab seperti mengeluarkan fidyah sembahyang dengan harga menurut mazhab Hanafi dan diberikan fidyah tersebut kepada orang miskin yang memiliki harta yang sampai nisab menurut mazhab Syafie.
  • Jangan qasad mengambil mudah supaya terlepas dari tanggungjawab syara'.
  • Mengi'ktiqadkan bahawa mazhab yang ditaqlidkan itu lebih kuat atau menyamai mazhabnya.

    Bagaimana mengeluarkan fidyah menurut mazhab Hanafi?

    Sebelum mengeluarkan fidyah sembahyang dan puasa, waris hendaklah mengira umur mayat dengan ditolak 12 tahun jika mayat lelaki dan 9 tahun jika mayat perempuan. Contohnya, Ahmad meninggal dunia dalam usia 60 tahun. 60 tahun ini termasuk umur Ahmad sebelum baligh. Oleh itu ia hendaklah ditolak sebanyak 12 tahun( 60-12= 48). Dalam contoh ini waris hendaklah membayar fidyah solat dan puasa untuk tempoh 48 tahun. Menurut mazhab Hanafi, tiap-tiap satu waktu solat diwajibkan satu gantang Baghdad dan begitu juga untuk satu hari puasa. Oleh itu, fidyah solat untuk;

    1) satu hari ialah 6 gantang(solat witir wajib difidyahkan juga menurut Hanafi).
    2) sebulan; 30 hari x 6 gantang = 180 gantang.
    3) setahun; 360 x 6 = 2160 gantang
    Fidyah puasa pula; 30 x 1 gantang = 30 gantang(sebulan Ramadhan)

    Fidyah solat untuk tempoh 48 tahun(contoh di atas) ialah; 2160 x 48 = 103680 gantang.
    Fidyah puasa untuk tempoh 48 tahun ialah; 30 x 48 = 1440 gantang

    (nota penting; memada dikeluarkan fidyah solat dengan harga menurut Hanafi)



    Lafaz Ijab; " Inilah fidyah solat si fulan anak si fulan aku berikan kepada mu"
    Lafaz Qabul(faqir); " Aku terima"


 

NLH


Restoran Nasi Ulam di Bandar Kinarara

Restoran Nasi Ulam Kampong terletak bersebelahan dengan Pasaraya Giant Bandar Kinara.
Diasaskan atau dibuka oleh Nik Lukman pada 17 Mac 2011 dengan konsep masakan ala kampong terutama ala kampong dari Kelantan. Berbagai jenis lauk pauk disediakan seperti Ayam Kampong, daging kerutub, ayam kerutub, patin masak tempoyak, siput sedut, udang masak merah/pedas, ikan singgam, berbagai jenis ulam dan sebagainya.


 
 

Bagaimana boleh buka restoran ini?

Saya tidak mempunyai sebarang pengalaman didalam bidang masakan ini, bahkan keluarga saya tidak ada seorang pun yang terlibat dengan perniagaan masakan ini. Saya ceburi bidang terjun ini adalah kerana pada waktu itu isteri saya baru bersalin anak ke 4 kami, betapa susahnya kami untuk mencari restoran masakan melayu ala-ala kampong dikawasan ini. Jadi saya tekad untuk membuka restoran yang menyediakan masakan ala-ala kampong di kawasan ini.


















Tujuan

Tujuan atau niat saya ialah untuk memberi perkhidmatan dan kemudahan kepada penduduk Bandar Kinrara terutamanya BK5&6, serta damai utama untuk menjamu selera diwaktu pagi dan tengahari. Ini kerana ketika saya membuka restoran ini, tidak banyak restoran masakan melayu ala kampong yang ada dikawasan Bandar Kinrara ini yang menyediakan masakan untuk tengahari. Kebanyakkan restoran disekitar memulakan waktu perniagaan disebelah malam. Jadi saya ambil keputusan untuk membuka restoran yang berasaskan ala kampung dan ulam-ulaman.

Pengalaman saya buka restoran ini tidak dapat dilupakan. Orang yang banyak membantu saya ialah isteri saya sendiri. Tanpa isteri saya, tak mungkin saya dapat buka restoran ini bersendirian kerana isteri saya pandai memasak. Maklumlah tukang masak ni senang cabut, kalau kita atau isteri kita tak pandai masak, boleh tutup sekejap kedai sebelum mendapat tukang masak yang baru. Silap-silap haribulan boleh bungkus terus. Jadi nasihat saya kepada sesiapa yang ingin buka restoran, pastikan anda atau isteri anda pandai memasak. Walaupun umurnya masih muda diwaktu itu, kerana minatnya didalam bidang masakan membuatkan dia dan saya bertambah berani untuk membuka restoran ini. Pengalaman memasaknya adalah dari ibu saya sendiri (Ma), Joh Luwi, Mokcik Ani (Mak saudara saya), Makcik Normah (ibu angkat kami) dan beberapa orang lagi yang pakar dalam masakan kampong ala-ala Kelantan. Makcik Normah adalah orang yang banyak membantu kami didalam mencari pekerja dan sebagainya. Terima kasih semua terutama isteri tersayang Wan Nor.

Sekian, terima kasih.

Al-fatihah untuk ayahanda saya Prof Dr Nik Omar Hj Nik Daud

Amin


NLH